Office Politic 101 — Kumpulan Kisah

Eunike K
7 min readJul 1, 2020

--

Photo by Austin Distel on Unsplash

Karena gue orangnya malas pakai intro panjang-panjang dan sebetulnya malas nulis, jadi mari kita langsung to the point aja. Btw, tulisan ini adalah opini pribadi selama jadi pegawai di berbagai industri selama 12 tahun terakhir juga cerita dari beberapa rekan yang suka curhat ke gue, intinya ini tidak menyasar pada satu perusahaan tertentu. Well, kalau terbaca demikian, udah sih ah jangan baper, justru saatnya berbenah diri bukan?

So, pernah dengar nggak sih kalo dunia perkantoran itu 1% kerja dan 99% drama? Bisa dibilang ada benarnya. Kerjaan kita kan bisa dibilang benda mati, nggak bernafas. Nggak kaya merawat tanaman atau merawat hewan yang masih bisa berinteraksi. Tantangannya adalah kerjaan kita yang benda mati itu kan harus dikerjakan oleh manusia, yang mana manusia itu lo tahu sendiri kan kompleksnya kaya apa. Satu perusahaan anggap saja minimal pegawainya 20 orang aja, nah 20 masalah tuh. 20 kepala yang berusaha untuk menjadi satu, bahu-membahu (eh, yakin?) untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu ya mendapatkan keuntungan (plis jangan ajak gue ngomong big message atau mengubah dunia dulu ya, gue orangnya practical banget, itu nanti aja belakangan).

Kita sebut saja manusia-manusia tersebut mulai mereka yang tukang jilat ke bos, mereka yang gila kredit, mereka yang adem-adem bae yang penting terima gaji bulanan, mereka yang orangnya business as usual banget pokoknya ya udahlah nggak perlu berkontribusi lebih sama perusahaan, ada juga yang berusaha keras tapi kelihatan lebay karena gak strategis, ada yang gede doang omongnya tapi pas suruh implementasi yawla nihil bos. Belum lagi dengan segala politik lobi melobi entah untuk tujuan-tujuan tertentu yang hanya mereka dan Gusti Allah yang tahu.

Dari keadaan tersebut, gue berpikir, nih kebanyakan soal office politic tuh nggak diketahui sama mereka yang mungkin fresh graduate atau tipe-tipe yang penting manut aja. Lebih parah lagi ada yang suka tidak sadar dia sedang terjebak dalam office politic dan ngikutin arus aja sampai akhirnya tenggelam dan end up jadi korban. Tanpa dia sadari, eh dia udah ga males aja gitu berkontribusi ke perusahaan tersebut. Jadi, gue mau share ini beberapa hal tentang office politic yang kira-kira bisa menjadi kitab pegangan kalian biar plis deh jangan clueless gitu loh jadi orang. Eh iya, ini bukan ngajarin orang jadi jahat ya, tapi justru bisa membuat kalian punya pandangan dan perspektif baru soal kerja di kantor yang nggak selalu soal berkarya dan dapat gaji aja. Kalo di kantor gada office politic (dan drama), wah anak HR seneng banget pasti karena turnovernya pasti bakal rendah.

“Lo anak kesayangan C-Level yang mana?”

Photo by Brooke Lark on Unsplash

Eh, ini bukan kisah pribadi ya, tapi dari teman. Jadi dia cerita di startup tempat dia bekerja, bahkan C-level-nya tuh nge-gank gitu loh. Contoh ada aja nih anak kesayangan CEO atau kesayangannya CMO, tapi gank CEO ini sama COO dan Head apa gitu vs kaum minoritynya C-level yang lain. Entah ya gue bingung sih pas diceritain, ini sekolahan TK apa perusahaan kok main gank begitu. Ya intinya hal yang kelihatan kecil begini bisa ngaruh sampai misalnya approval budget lalu approval ide-ide yang mau diluncurkan ke market. Lantas kita nih sebagai cucunguk yang di tengah bagaimana dong bersikap? Pilihan selalu kembali ke diri lo, mau jadi ignorant dengan tetap kerja tapi tidak menjilat dan biasa aja atau malah memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan nama atau posisi serta apresiasi yang lebih besar. Trust me, hal seperti ini ada dan ini termasuk dalam office politic.

“Wah, lu masih bergaul sama yang udah resign? Promosi lo terancam sih nih…”

Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash

Sebut saja P, bekerja di sebuah perusahaan yang kerjanya kurang lebih seperti customer service. Si P ditawarkan promosi menjadi seorang Supervisor karena kerjanya selalu baik, attitude bagus pokoknya jarang cari masalah. Dia juga bergaul dengan banyak orang mulai dari level manajer hingga staff, anaknya supel dan semua orang senang sama dia. Tapi ada nih salah seorang leader yang melihat bahwa P ini main sama 3 orang yang resign yang ternyata punya masalah sama leader ini. Padahal P ini kan yang tadi gw bilang, main sama semua orang. Akhirnya sejak pertama kali ditanyakan soal promosi, P tidak pernah dapat update apapun. Usut punya usut sang leader agak malas mengetahui P ini masih main sama 3 orang yang punya masalah dan resign ini. P pun bingung, dia maunya profesional aja, teman di luar kantor ya sudah teman aja, kenapa harus disangkutpautkan dengan karirnya di dalam kantor tersebut. P pun hanya bisa bersabar menunggu, padahal excitementnya sudah begitu tinggi waktu dia mendengar bahwa akan dipromosikan. Kebingungannya sekarang juga belum terjawab, menurutnya jadi serba salah keadaan yang ada saat ini.

“Si skill B aja lalu minta backupan ‘Bapak’ supaya dapat project gede”

Photo by Kristina Flour on Unsplash

Alkisah C hidup di sebuah startup antah berantah nun jauh di negeri khayalan. Intinya si C ini prinsipnya “Bring It On deh…” dia seorang problem solver yang melihat bahwa segala sesuatu pasti ada solusinya walaupun prosesnya panjang. Semua itu sebetulnya ada modal skill dan pengalaman juga. Tapi sayangnya di setiap makhluk-makhluk seperti C, selalu ada cucunguk macam J yang merasa dia ingin mendapatkan hal yang sama tapi gada projectnya gitu loh. Si C yang orangnya practical, realistis, anti basa-basi ini ujung-ujungnya jadi korban dan ga punya backingan apapun. C bekerja sebagaimana dia harus bekerja yaitu memberikan kontribusi bagi perusahaan. Tapi pasti lah ada orang-orang yang entah kurang piknik hidupnya di situ-situ aja yang envy sama dia akhirnya mencari jalan ninja untuk semacam menendang orang ini keluar dengan kekuatan bekingan dari ‘Bapak’ yang paling kuat. Untungnya C ya pintar dan anti drama, dia memilih mundur terhormat dan membiarkan perusahaan ini ya beberapa waktu kemudian keadaannya ya begitu deh progress enggak, mundur juga enggak.

Nah, dari 3 cerita di atas, gue rasa masih banyak cerita-cerita office politic lain yang beredar, yang selalu mengisi ruang-ruang di kantin makan siang (sewaktu belum ada Corona). Bumbu-bumbu pedas yang tersebar lewat obrolan grup WA tanpa Bos serta medium lainnya.

Photo by Jon Tyson on Unsplash

Office Politic sudah ada sejak lama dan akan terus ada. Lantas lo ada tips ga sih, Ke untuk menghadapi office politic? Oh, tentu saja ada. Tapi pastinya ini ga akan semudah itu diimplementasikan di semua orang, di semua perusahaan karena memang treatmentnya harus case by case banget. So, ini beberapa saran gue.

  1. Ketika menjadi anak baru pahamilah dan carilah siapa key person yang disegani semua orang, biasanya yang paling galak nih. Kalau gue cari tahu lah zodiaknya apa sampai cari tahu Natal Chartnya. Ini ga buat semua orang ya, tapi mengetahui kepribadian seseorang via zodiak sangatlah membantu. Intinya sih cari info yang banyak tentang key person yang banyak hubungan kerja sama lo. Tujuannya bukan buat menjilat, tapi biar lo kalo bisa nggak bikin banyak masalah sama ni orang.
  2. Berpikir strategis bagaimana caranya supaya lo tetap bisa berkarya tapi still under the radar. Entah sih, gue pribadi orangnya kurang gila credit dan sukanya memang lempar apreasiasi sama tim ketimbang sama gw. Gw agak anti sorotan tapi karena ngomong gue menclak menclok makanya ada aja urusan. Ini tricky sih kalo buat anak baru ya gimana coba under the radar orang gue mau kelihatan kerja ama bos gw. Ya makanya gue bilang tips gue ga applied buat semua orang
  3. Hindari orang-orang yang toxic dengan cara lebih sensitif dan selektif memilih pertemanan di kantor. Ingat ya orang toxic itu gampang kok ke-detect yang kaya apa kalau kalian mungkin sudah lama kerja sebagai pegawai. Gue bukan bilang jangan bergaul dengan mereka, tapi batasi pergaulan dan nggak perlu banyak ngomong soal orang lain ama mereka, baik-baik malah diputarbalikan
  4. Ga usah terlalu riya apa-apa soal kantor lo pampang di segala apalah sosmed. Lagi-lagi plis ya, ini pendapat gw. Karena nih, ada aja orang-orang yang mungkin udah negatif duluan ama lo nih. Kalo gw mungkin misalnya gw kenal orangnya dan dia menceritakan prestasinya, gw akan hargai, ya karena gw kenal, tapi ya jaga-jaga aja sih apa pendapat orang lain. Apalagi kalian tahu sendiri, socmed itu kan menutupi derita dan menebarkan bahagia, salah-salah orang kira kita hidup bahagia terus eh lalu ngiri deh dibawa ampe ke kantor.
  5. Ini yang paling da best: UDAH FOKUS KERJA AJA! Hidup sudah syulit, Bruh! Apalagi era COVID-19 begini. Fokus lah sama pengembangan skill kita dalam pekerjaan, fokus ke pengembangan diri di luar dunia kerja jadi hidup lu ga melulu soal kantor (ya biar yang lo banggain ga cuma achievement lo di kantor doang gitu).

Dah ah, nulis kepanjangan malah nanti kebanyakan di kepala kalian dan nggak bisa memproses. Walau office politic menyebalkan, tapi percayalah, karena itu kita bisa tumbuh dan menjadi dewasa dalam dunia kerja, ya itu juga kalo lo ambil sisi positifnya ya. Good luck!

--

--

Eunike K

A lifelong learner by nature | Twitter: euniceapril/Instagram: @tarinaminusta